Tulisan Bahasa Indonesia 2
Nama : Santi Yani Purnama
Kelas : 3EB23
NPM : 21208133
Perbedaan antara “Karangan
Ilmiah, Tulisan Ilmiah dan Karya Ilmiah”
A. Definisi sederhana
1.
Tulisan
: Tulisan merupakan sebuah karya tulis
yang dikembangkan berdasarkan pernyatan orang lain yang disusun oleh penyusun
menjadi suatu bentuk tulisan.
2.
Karangan
adalah hasil pemikiran, imajinasi,
rekaan, fantasi dari pengarangnya secara langsung yang dituangkan dalam bentuk
tulisan.
3.
Karya
tulisan dibagi menjadi
a. Karya tulisan non fiksi (Karya tulisan
yang ditulis berdasarkan hasil pengamatan atau kejadian sebenarnya sebagai
suati fakta yang disebut sebagai TULISAN)
b. Karya tulisan fiksi (Karya tulis yang
ditulis berdasarkan hasil daya cipyanya sendiri dari suatu imajinasi yang biasa
disebut KARANGAN).
KARANGAN (TULISAN)
ILMIAH
B. Macam macam Tulisan
(KARANGAN ILMIAH)
1. Karya Tulisan Ilmu Pengetahuan Alam
Kodrat (Natural Science)
a. Ditulis berdasarkan fakta umum
b. Dapat dibuktikan secara fisik,
dapat didengar dan dapat dilihat
c. Bersifat konkrit
2. Karya Ilmiah ilmu pengetahuan social
(Social Science)
a. Tidak dapat dibuktikan secara
fisik
b. Bersifat abstrak
3. Karya Ilmiah Ilmu Pengetahuan Humaniora
a. Ditulis berdasarkan perasaan dan
logika
b. Tidak perlu adanya bukti empiris
C. SIFAT KARANGAN
1. Karangan Ilmiah
a. Menyajikan fakta umum
b. Ditulis menurut metodologi
penulisan yang baku
c. Menggunakan bahasa yang formal
2. Karangan non ilmiah (popular)
a. Menyajikan pengalaman pribadi,
tidak didukung oleh fakta umum
b. Gaya
penulisannya tidak baku
c. Menggunakan bahasa popular
3. Karangan tidak ilmiah
Menyajikan fakta umum, namun datanya
diperoleh tidak melalui prosedur ilmiah.
D. Kategori KARANGAN (TULISAN) ILMIAH
1.
Karangan Asli
a. Ditulis berdasarkan bahasa ibu atau
bahasa lain berdasarkan fakta yang telah teruji kebenarannya
b. Gagasan, pendapat, ide asli dari
penulisnya didukung dengan literature
2. Terjemahan atau ahli bahasa
a. Terjemahan dari tulisan orang
lain dalam bahasa lain
b. Terjemahan persis apa adanya
tanpa mengubah substansi
3. Saduran
a. Seperti terjemahan, tetapi penyadur
mengubah bagian bagian tertentu sesuai dengan pemahaman-pemahamannya sendiri
E. Ciri-ciri Karangan (TULISAN) Ilmiah
1. Menyajikan fakta obyektif secara
sistematis
2. Ditulis secara cermat, tepat dan benar
3. Tidak cenderung mengajak pembaca untuk
berpihak kepada penulisnya
4. Tidak emosi atau menonjolkan perasaan
5. Tidak memuat pandangan-pandangan tanpa
pendukung
6. Ditulis secara tulus, hanya berisi
kebenaran empiris
7. Menggunakan gaya
bahasa yang formal, menghindari gaya
bahasa yang lisan
F. Bentuk-bentuk Tulisan Ilmiah
1. BUKU (diterbitkan dan diedarkan untuk
umum, dengan ISBN)
a. Karangan asli
b. Terjemahan
c. Saduran
2. HASIL PENELITIAN
a. Makalah (Seminar, Journal)
b. BUKU (diterbitkan dan diedarkan
untuk umum, dengan ISBN)
c. Skripsi (S1), Thesis (S2),
Disertasi (S3)
3. Makalah Hasil Pemikiran
a.
Disajikan dalam seminar, symposium dsb
b. Disajikan dalam journal (Majalah
Ilmiah)
c. Tidak dipublikasikan (Tercatat di
fakultas atau universitas)
# KARYA ILMIAH #
A . Definisi
Karya ilmiah adalah sebuah tulisan yang berisi suatu
permasalahan yang diungkapkan dengan metode ilmiah (Soeparno, 1997:51);
karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi
penulisan yang baik dan benar (Arifin, 2003:1). Artinya, pengungkapan
permasalahan dalam karya ilmiah itu harus berdasarkan fakta, bersifat objektif,
tidak bersifat emosional dan personal, dan disusun secara sistematis dan logis.
Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia ragam baku dengan memperhatikan kaidah EYD dan
Pembentukan Istilah.
2. Sikap
Ilmiah
Orang yang berjiwa ilmiah adalah orang yang memiliki tujuh
macam sikap ilmiah. Ketujuah macam sikap ilmiah itu adalah
(1) sikap ingin tahu,
(2) sikap kritis,
(3) sikap terbuka,
(4) sikap objektif,
(5) sikap rela menghargai karya orang lain,
(6) sikap berani mempertahankan kebenaran, dan
(7) sikap menjangkau ke depan (Brotowidjoyo,
1985:33-34).
3. Jenis Karya Ilmiah
Berdasarkan
tingkat akademisnya, karya ilmiah dapat dibedakan atas lima macam, yaitu (1) makalah, (2) laporan
penelitian, (3) skripsi, (4) tesis, dan (5) disertasi. Makalah adalah karya tulis yang memerlukan
studi, baik secara langsung maupun tidak langsung; dapat berupa kajian
pustaka/buku, kajian suatu masalah, atau analisis fakta hasil observasi.
Laporan penelitian merupakan sebuah tulisan yang dibuat setelah seseorang
melakukan penelitian, pengamatan,
wawancara, pembacaan buku, percobaan, dan lain-lain. Adapun skripsi merupakan
jenis karya ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa strata satu (S1) untuk
memperoleh gelar sarjana; tesis ditulis oleh mahasiswa strata dua (S2) untuk
memperoleh gelar magister; dan disertasi ditulis oleh mahasiswa strata tiga
(S3) untuk memperoleh gelar doktor. Namun, untuk keperluan diklat ini,
pembicaraan selanjutnya akan difokuskan pada penulisan laporan penelitian.
4. Sistematika Laporan Penelitian
Komponen-komponen penting dalam laporan penelitian dan muatan tiap-tiap
bagian disusun dengan urutan sebagai berikut.
(1)
Bagian
awal
(a) Halaman sampul/judul
(b) Halaman Pengesahan (Jika diperlukan)
(c) Abstrak
(d) Kata pengantar
(e) Daftar isi
(f) Daftar tabel (jika ada)
(g) Daftar gambar (jika ada)
(2)
Bagian
pokok/utama
(a) Pendahuluan (berisi latar belakang,
rumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian)
(b) Kajian pustaka, kerangka teoretik, dan
pengajuan hipotesis (jika diperlukan)
(c) Metode penelitian
(d) Hasil penelitian, pengujian
hipotesis, dan pembahasan
(c) Penutup (berisi simpulan, dan saran)
(3) Bagian akhir
(a) Daftar pustaka
(b) Lampiran-lampiran (jika ada)
5. Cara Penulisan Karya Ilmiah
5.1 Topik dan Judul
Kegiatan yang
pertama kali dilakukan sebelum menulis adalah menentukan topik. Hal ini berarti
bahwa harus ditentukan terlebih dahulu apa yang akan dibahas dalam tulisan.
Dalam memilih topik perlu dipertimbangkan beberapa hal, yaitu:
(1) topik itu ada manfaatnya dan layak dibahas,
(2) topik itu cukup menarik terutama bagi penulis,
(3) topik itu dikenal dengan baik,
(4)
bahan yang diperlukan dapat diperoleh dan cukup
memadai, dan
(5) topik itu tidak terlalu luas dan tidak terlalu
sempit.
Contoh: “Usaha kecil dan
menengah” (terlalu luas)
“Pengembangan
usaha kecil dan menengah” (terbatas)
Setelah
diperoleh topik, dalam pelaksanaannya topik yang dipilih itu harus dinyatakan
dalam suatu judul. Topik ialah pokok pembicaraan dalam keseluruahan karangan
yang akan digarap, sedangkan judul adalah nama, titel, atau semacam label untuk
suatu karangan. Pernyataan topik mungkin sama dengan judul, tetapi mungkin juga
tidak, misalnya dalan karya sastra. Namun, dalam karya ilmiah judul harus tepat
menunjukkan topiknya. Penentuan judul harus memenuhi beberapa persyaratan,
antara lain:
(1) judul harus
sesuai dengan topik atau isi karangan,
(2) judul sebaiknya dinyatakan dalam bentuk frasa,
bukan kalimat,
Contoh: Pengembangan Usaha Kecil dan
Menengah di Yogyakarta ( baik)
Usaha Kecil dan
Menengah di Yogyakarta Perlu Dikembangkan (tidak baik)
(3) judul diusahakan singkat,
(4) judul harus dinyatakan secara jelas.
5.2 Abstrak
Abstrak berisi
intisari menyeluruh tentang isi tulisan, mulai dari judul, tujuan, metode, dan
rumusan hasil/temuan. Abstrak ditulis dengan spasi tunggal. Untuk makalah,
abstrak cukup satu paragraf, sedangkan untuk laporan penelitian terdiri atas
tiga paragraf yang masing-masing memuat hal-hal di atas.
5.3
Kata Pengantar
Kata pengantar
berisi puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang secara langsung atau tidak langsung berperan dalam kegiatan
penulisan tersebut, dan permintaan kritik dari pembaca demi perbaikan.
5.4
Pendahuluan
Pendahuluan
berfungsi menyadarkan pembaca akan pentingnya topik yang dibahas sehingga
pembaca merasa perlu mengetahui topik itu lebih jauh dan pembahasannya. Oleh
karena itu, dalam pendahuluan perlu dikemukakan latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan, dan manfaat penelitian.
5.5
Kajian Pustaka dan Kerangka Teoretik
Pengertian kajian pustaka dan kerangka teoretik itu berbeda. Kajian
pustaka berisi pembahasan tentang kajian-kajian terdahulu yang relevan dengan
topik penelitian, sedangkan kerangka teoretik adalah seperangkat teori yang
dipakai sebagai landasan penelitian. Oleh karena itu, pemecahan masalah
penelitian harus berlandaskan pada teori dan kajian terhadap hasil-hasil
penelitian sebelumnya yang terkait dengan permasalahan yang dibahas. Dari
kajian itu didapatkan jawaban sementara atas permasalahan yang telah
dirumuskan. Jawaban sementara tersebut biasa disebut hipotesis.
5.6
Metode Penelitian
Setelah kajian teoretik dirumuskan, langkah selanjutnya adalah merumuskan
metode yang dipakai dalam penelitian. Metode penelitian tersebut meliputi apa
atau siapa yang diteliti, bagaimana memilih sampel dari populasinya, data apa
saja yang harus dikumpulkan dan dengan metode apa data itu dikumpulkan, teknik analisis data yang manakah yang
digunakan.
5.7 Pembahasan
Bagian ini
berisi analisis, pembahasan, dan pemaknaan data yang yang telah dikumpulkan.
Kelengkapan data yang diperoleh sangat mendukung kesahihan hasil analisis. Dan,
kecermatan analisis dan pemaknaan data sangat menentukan kualitas hasil kajian.
5.8 Simpulan
Simpulan
merupakan hasil yang diperoleh dari pembahasan masalah sesuai dengan tujuan
penelitian. Oleh karena itu, simpulan harus menjawab permasalahan dan harus
sesuai dengan tujuan.
6.
Teknik Penulisan Karya Ilmiah
Ketentuan-ketantuan yang harus
diperhatikan dalam penulisan karya ilmiah meliputi (1) penggunaan kertas, (2)
teknik pengetikan, (3) penomoran, (4) penulisan sumber rujukan atau referensi,
dan (5) penulisan daftar pustaka.
6.1 Penggunaan Kertas
Kertas yang dipakai adalah kertas HVS,
berwarna putih, berat 80 gram, dan berukuran kuato (21.5 x 28 cm). Naskah
ditulis pada satu sisi.
6.2 Teknik
Pengetikan
1) Penggunaan Huruf
Naskah karya ilmiah diketik dengan huruf
standar (Times New Roman 12) dan dengan pita atau tinta berwarna hitam.
2)
Jarak Spasi
Jarak antarbaris adalah satu setengah
spasi, kecuali abstrak, terusan nama bab, terusan nama judul tabel, terusan
nama judul grafik/gambar, dan kutipan langsung yang lebih dari empat baris
harus diketik dengan jarak satu spasi. Penulisan antarbaris pada setiap sumber
pustaka diketik dengan jarak satu spasi, sedangkan penulisan antarsumber dalam
daftar pustaka deketik dengan jarak dua spasi.
3) Batas Tepi Pengetikan
Batas tepi pengetikan adalah sebagai
berikut.
(1) Tepi atas : 4 cm
(2) Tepi bawah : 3 cm
(3) Tepi kiri : 4 cm
(4) Tepi kanan : 3 cm
4) Penulisan Judul, Bab, dan Subbab
Penulisan judul, bab, subbab,
dan anak subbab mengikuti ketentuan berikut ini.
(1) Judul dan bab ditulis dengan huruf
kapital semua, tidak diakhiri tanda baca apa pun, dan ditulis pada posisi
tengah. Nomor bab ditulis dengan angka romawi.
(2) Penulisan subjudul, subbab, dan anak
subbab menggunakaan huruf kapital pada setiap awal kata kecuali kata tugas; dan
dimulai dari batas tepi kiri dan tidak menggunakan garis bawah serta tidak
diakhiri tanda baca apa pun.
5) Penulisan Paragraf Baru
Penulisan paragraf baru dimulai setelah
ketukan kelima dari tepi kiri atau dengan sistem lurus, tetapi harus diberi
jarak spasi dua kali lipat.
6) Penulisan Nama
Penulisan nama pengarang, baik yang diacu
dalam tubuh karangan maupun yang dicantumkan pada daftar pustaka mengikuti
ketentuan berikut ini.
(1) Nama pengarang yang diacu dalam tubuh
tulisan hanya ditulis nama pokoknya. Misalnya, “Ahmad Sudargo”, yang ditulis
hanya “Sudargo”.
(2) Pada daftar pustaka, nama yang terdiri
atas dua penggal nama atau lebih ditulis nama pokok (belakang), kemudian tanda
koma dan diikuti nama depanya. Misalnya, “Ahmad Sudargo” penulisannya menjadi
“Sudargo, Ahmad”.
(3) Pengarang buku yang terdiri atas dua
orang ditulis secara lengkap.
(4) Pengarang buku yang lebih dari tiga orang
ditulis nama pengarang pertama dan diikuti singkatan “dkk.”
(5) Gelar kesarjanaan atau jabatan akademis
tidak dicantumkan.
7)
Penulisan Tabel dan Grafik
Penulisan
tabel dan grafik mengikuti ketentuan berikut.
(1) Penulisan tabel diupayakan jangan ganti
halaman.
(2) Nomor dan judul tabel ditempatkan
simetris di atas tabel.
(3) Nomor dan judul grafik ditempatkan
simetris di bawah grafik.
(4)
Penulisan
judul tabel dan grafik tidak diakhiri tanda baca apa pun.
(5) Penulisan nomor urut tabel menggunakan
angka Arab, sedangkan penulisan nomor urut grafik menggunakan angka Romawi.
6.3 Sistematika Penomoran
Sistematika penomoran mengikuti ketentuan
berikut.
(1)
Penomoran
bab, subbab, dan anak subbab dapat dilakukan dengan dua cara.
Cara Pertama
Sistem campuran, yakni
dimulai dari angka romawi besar (untuk bab), huruf kapital (untuk subbab),
angka arab (untuk anak subbab), huruf kecil (untuk anak-anak subbab), angka
arab diikuti satu kurung, dan seterusnya. Contoh:
BAB III
A.
B.
1.
2.
a.
b.
1)
2)
a)
b)
C. dst.
Cara kedua
Sistem angka penuh, yaitu dimulai dari
angka romawi besar (untuk bab), kemudian menggunakan angka arab semua, dan
seterusnya.
Contoh:
BAB III
3.1
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.2.1
3.2.2.2
3.2.2.3
3.3 dst.
(2) Penomoran halaman pada naskah utama
menggunakan angka arab.
(3) Penomoran halaman pelengkap, seperti
halaman judul, halaman pengantar, dan halaman daftar isi menggunakan angka
romawi kecil ( i, ii, iii, iv, v, vi, dst.) dan diletakkan pada bagian bawah
tengah.
(4) Penulisan daftar pustaka tidak
diperbolehkan menggunakan nomor.
(5) Penomoran bab, subbab dan seterusnya
dalam daftar isi dituliskan di tepi sebelah kanan sesuai dengan penulisan bab atausubbab yang
bersangkutan.
6.4
Penulisan Sumber/Referensi
Penulisan sumber atau referensi bacaan
yang dikutip dalam naskah karya ilmiah mengikuti ketentuan berikut.
(1) Sumber bacaan yang ditulis di antara
tanda kurung pada akhir kutipan terdiri atas nama pokok pengarang, tahun
penerbitan, dan nomor halaman. Tanda koma digunakan di antara nama pokok dan
tahun penerbitan, sedangkan tanda titik dua di antara tahun penerbitan dan
nomor halaman.
Contoh:
Surat adalah satu sarana untuk menyampaikan
pernyataan atau informasi secara tertulis dari pihak yang satu kepada pihak
yang lain (Bratawidjaja, 1995:5).
(2) Apabila nama pengarang sudah disebutkan
lebih dahulu, sumber yang ditulis di antara tanda kurung hanyalah tahun
penerbitan dan nomor halaman yang diacu.
Contoh:
Menurut Bratawidjaya (1995:5)
surat adalah
satu sarana untuk menyampaikan pernyataan atau informasi secara tertulis dari
pihak yang satu kepada pihak yang lain.
6.5 Penulisan
Daftar Pustaka
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam menyusun daftar pustaka:
(1)
daftar pustaka tidak diberi nomor urut,
(2)
daftar pustka disusun secara
alfabetis (menurut abjad),
(3)
gelar penulis tidak dicantumkan.
Daftar pustaka dapat berupa penulisan
buku, penulisan artikel, dan penulisan publikasi lain.
1) Buku
Penulisan buku dalam daftar pustaka disusun
mengikuti urutan: (1) nama pengarang, (2) tahun penerbitan, (3) judul buku, (4) tempat penerbitan, dan
(5) nama penerbit. Di antara satuan itu dipergunakan tanda “titik”, kecuali di
antara tempat penerbitan dan nama penerbit digunakan tanda “titik dua”. Judul
buku dicetak miring dan setiap awal kata ditulis dengan huruf kapital, kecuali
kata depan.
Contoh penulisan buku dengan seorang
pengarang
Keraf,
Gorys. 1993. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende: Nusa Indah.
Contoh penulisan buku dengan dua atau
tiga pengarang
Akhadiah,
Sabarti, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan. 1992. Pembinaan Kemampuan
Menulis Bahasa Indonesia.
Jakarta:
Erlangga.
Contoh penulisan buku lebih dari tiga
orang
Alwi,
Hasan dkk. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
2) Artikel
Penulisan artikel dalam daftar pustaka
menggunakan urutan (1) nama pengarang, (2) tahun penerbitan, (3) judul artikel,
(4) nama majalah, (5) volume atau halaman dimuatnya artikel, (6) tempat
penerbitan, dan (7) nama penerbit. Judul artikel ditulis di antara tanda “petik
dua”; nama majalah dicetak miring; di antara satuan digunakan tanda “titik”,
kecuali di antara nama editor dan nama majalah, di antara nama majalah dan
volume atau halaman digunakan tanda “koma”; di antara tempat penerbitan dan
nama penerbit digunakan tanda “titik dua”.
Contoh penulisan artikel
dalam majalah
Madya, Suwarsih. 1994.
“Penelitian Tindakan dalam Pendidikan”. dalam Diksi, No.4, Tahun II, halaman 67-82. Yogyakarta: FPBS IKIP Yogyakarta.
3)
Penerbitan Pemerintah, Lembaga-Lembaga Ilmiah, dan Organisasi Lainnya
Penulisan daftar pustaka untuk penerbitan
pemerintah, Lembaga-lembaga ilmiah, dan organisasi lainnya menggunakan urutan: (1) lembaga yang
bertanggung jawab atas penulisan dokumen, (2) tahun penerbitan, (3) judul
tulisan, (4) tempat penerbitan, dan (5) nama penerbit.
Contoh:
Depdikbud.
1975. Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa.
7. Ragam Bahasa Ilmiah
Bahasa Indonesia ragam ilmiah adalah
bahasa Indonesia yang digunakan oleh para cendekiawan untuk mengomonikasikan
ilmu pengetahuan.
Ragam
bahasa ilmiah tersebut memiliki sifat-sifat berikut.
(1) Ragam bahasa
ilmiah termasuk ragam bahasa baku.
Oleh karena itu, penulisan karangan ilmiah mengikuti kaidah-kaidah bahasa baku, yaitu dalam ragam tulis menggunakan ejaan yang baku (EYD), menggunakan kata-kata, struktur frasa, dan
kalimat yang baku
atau sudah dibakukan.
(2) Dalam
ragam bahasa ilmiah banyak digunakan kata-kata istilah. Kata-kata tersebut
digunakan dalam arti denotatif, bukan dalam arti konotatif.
(3) Dalam
ragam bahasa ilmiah digunakan kalimat yang efektif, yaitu kalimat yang secara
tepat dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis, dan dapat menimbulkan
gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang
dipikirkan oleh pembicara atau penulis.
(4) Ragam
bahasa ilmiah lebih berkomunikasi dengan pikiran daripada dengan perasaan;
bersifat tenang, jelas, hemat, dan tidak emosional.
(5)
Hubungan gramatik antara unsur-unsurnya, baik dalam kalimat maupun dalam
paragraf, dan hubungan antara paragraf satu dan paragraf yang lain bersifat
padu. Untuk menyatakan hubungan digunakan alat-alat penghubung, seperti
kata-kata penunjuk, kata-kata penghubung, pengulangan kata atau frasa,
penggantian, dll.
(6) Hubungan semantis antara
unsur-unsurnya bersifat logis. Penggunaan kalimat yang bermakna ganda atau ambiguous harus dihindari.
(7) Penggunaan kalimat pasif
lebih diutamakan karena dalam kalimat pasif peristiwa lebih dikemukakan
daripada pelaku perbuatan.
(8) Konsisten dalam segala hal, misalnya
dalam penggunaan istilah, singkatan, tanda-tanda, dan kata ganti diri.
Tulisan Bahasa Indonesia 2
Nama : Santi Yani Purnama
Kelas : 3EB23
NPM : 21208133
Perbedaan antara “Karangan
Ilmiah, Tulisan Ilmiah dan Karya Ilmiah”
A. Definisi sederhana
1.
Tulisan
: Tulisan merupakan sebuah karya tulis
yang dikembangkan berdasarkan pernyatan orang lain yang disusun oleh penyusun
menjadi suatu bentuk tulisan.
2.
Karangan
adalah hasil pemikiran, imajinasi,
rekaan, fantasi dari pengarangnya secara langsung yang dituangkan dalam bentuk
tulisan.
3.
Karya
tulisan dibagi menjadi
a. Karya tulisan non fiksi (Karya tulisan
yang ditulis berdasarkan hasil pengamatan atau kejadian sebenarnya sebagai
suati fakta yang disebut sebagai TULISAN)
b. Karya tulisan fiksi (Karya tulis yang
ditulis berdasarkan hasil daya cipyanya sendiri dari suatu imajinasi yang biasa
disebut KARANGAN).
KARANGAN (TULISAN)
ILMIAH
B. Macam macam Tulisan
(KARANGAN ILMIAH)
1. Karya Tulisan Ilmu Pengetahuan Alam
Kodrat (Natural Science)
a. Ditulis berdasarkan fakta umum
b. Dapat dibuktikan secara fisik,
dapat didengar dan dapat dilihat
c. Bersifat konkrit
2. Karya Ilmiah ilmu pengetahuan social
(Social Science)
a. Tidak dapat dibuktikan secara
fisik
b. Bersifat abstrak
3. Karya Ilmiah Ilmu Pengetahuan Humaniora
a. Ditulis berdasarkan perasaan dan
logika
b. Tidak perlu adanya bukti empiris
C. SIFAT KARANGAN
1. Karangan Ilmiah
a. Menyajikan fakta umum
b. Ditulis menurut metodologi
penulisan yang baku
c. Menggunakan bahasa yang formal
2. Karangan non ilmiah (popular)
a. Menyajikan pengalaman pribadi,
tidak didukung oleh fakta umum
b. Gaya
penulisannya tidak baku
c. Menggunakan bahasa popular
3. Karangan tidak ilmiah
Menyajikan fakta umum, namun datanya
diperoleh tidak melalui prosedur ilmiah.
D. Kategori KARANGAN (TULISAN) ILMIAH
1.
Karangan Asli
a. Ditulis berdasarkan bahasa ibu atau
bahasa lain berdasarkan fakta yang telah teruji kebenarannya
b. Gagasan, pendapat, ide asli dari
penulisnya didukung dengan literature
2. Terjemahan atau ahli bahasa
a. Terjemahan dari tulisan orang
lain dalam bahasa lain
b. Terjemahan persis apa adanya
tanpa mengubah substansi
3. Saduran
a. Seperti terjemahan, tetapi penyadur
mengubah bagian bagian tertentu sesuai dengan pemahaman-pemahamannya sendiri
E. Ciri-ciri Karangan (TULISAN) Ilmiah
1. Menyajikan fakta obyektif secara
sistematis
2. Ditulis secara cermat, tepat dan benar
3. Tidak cenderung mengajak pembaca untuk
berpihak kepada penulisnya
4. Tidak emosi atau menonjolkan perasaan
5. Tidak memuat pandangan-pandangan tanpa
pendukung
6. Ditulis secara tulus, hanya berisi
kebenaran empiris
7. Menggunakan gaya
bahasa yang formal, menghindari gaya
bahasa yang lisan
F. Bentuk-bentuk Tulisan Ilmiah
1. BUKU (diterbitkan dan diedarkan untuk
umum, dengan ISBN)
a. Karangan asli
b. Terjemahan
c. Saduran
2. HASIL PENELITIAN
a. Makalah (Seminar, Journal)
b. BUKU (diterbitkan dan diedarkan
untuk umum, dengan ISBN)
c. Skripsi (S1), Thesis (S2),
Disertasi (S3)
3. Makalah Hasil Pemikiran
a.
Disajikan dalam seminar, symposium dsb
b. Disajikan dalam journal (Majalah
Ilmiah)
c. Tidak dipublikasikan (Tercatat di
fakultas atau universitas)
# KARYA ILMIAH #
A . Definisi
Karya ilmiah adalah sebuah tulisan yang berisi suatu
permasalahan yang diungkapkan dengan metode ilmiah (Soeparno, 1997:51);
karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi
penulisan yang baik dan benar (Arifin, 2003:1). Artinya, pengungkapan
permasalahan dalam karya ilmiah itu harus berdasarkan fakta, bersifat objektif,
tidak bersifat emosional dan personal, dan disusun secara sistematis dan logis.
Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia ragam baku dengan memperhatikan kaidah EYD dan
Pembentukan Istilah.
2. Sikap
Ilmiah
Orang yang berjiwa ilmiah adalah orang yang memiliki tujuh
macam sikap ilmiah. Ketujuah macam sikap ilmiah itu adalah
(1) sikap ingin tahu,
(2) sikap kritis,
(3) sikap terbuka,
(4) sikap objektif,
(5) sikap rela menghargai karya orang lain,
(6) sikap berani mempertahankan kebenaran, dan
(7) sikap menjangkau ke depan (Brotowidjoyo,
1985:33-34).
3. Jenis Karya Ilmiah
Berdasarkan
tingkat akademisnya, karya ilmiah dapat dibedakan atas lima macam, yaitu (1) makalah, (2) laporan
penelitian, (3) skripsi, (4) tesis, dan (5) disertasi. Makalah adalah karya tulis yang memerlukan
studi, baik secara langsung maupun tidak langsung; dapat berupa kajian
pustaka/buku, kajian suatu masalah, atau analisis fakta hasil observasi.
Laporan penelitian merupakan sebuah tulisan yang dibuat setelah seseorang
melakukan penelitian, pengamatan,
wawancara, pembacaan buku, percobaan, dan lain-lain. Adapun skripsi merupakan
jenis karya ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa strata satu (S1) untuk
memperoleh gelar sarjana; tesis ditulis oleh mahasiswa strata dua (S2) untuk
memperoleh gelar magister; dan disertasi ditulis oleh mahasiswa strata tiga
(S3) untuk memperoleh gelar doktor. Namun, untuk keperluan diklat ini,
pembicaraan selanjutnya akan difokuskan pada penulisan laporan penelitian.
4. Sistematika Laporan Penelitian
Komponen-komponen penting dalam laporan penelitian dan muatan tiap-tiap
bagian disusun dengan urutan sebagai berikut.
(1)
Bagian
awal
(a) Halaman sampul/judul
(b) Halaman Pengesahan (Jika diperlukan)
(c) Abstrak
(d) Kata pengantar
(e) Daftar isi
(f) Daftar tabel (jika ada)
(g) Daftar gambar (jika ada)
(2)
Bagian
pokok/utama
(a) Pendahuluan (berisi latar belakang,
rumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian)
(b) Kajian pustaka, kerangka teoretik, dan
pengajuan hipotesis (jika diperlukan)
(c) Metode penelitian
(d) Hasil penelitian, pengujian
hipotesis, dan pembahasan
(c) Penutup (berisi simpulan, dan saran)
(3) Bagian akhir
(a) Daftar pustaka
(b) Lampiran-lampiran (jika ada)
5. Cara Penulisan Karya Ilmiah
5.1 Topik dan Judul
Kegiatan yang
pertama kali dilakukan sebelum menulis adalah menentukan topik. Hal ini berarti
bahwa harus ditentukan terlebih dahulu apa yang akan dibahas dalam tulisan.
Dalam memilih topik perlu dipertimbangkan beberapa hal, yaitu:
(1) topik itu ada manfaatnya dan layak dibahas,
(2) topik itu cukup menarik terutama bagi penulis,
(3) topik itu dikenal dengan baik,
(4)
bahan yang diperlukan dapat diperoleh dan cukup
memadai, dan
(5) topik itu tidak terlalu luas dan tidak terlalu
sempit.
Contoh: “Usaha kecil dan
menengah” (terlalu luas)
“Pengembangan
usaha kecil dan menengah” (terbatas)
Setelah
diperoleh topik, dalam pelaksanaannya topik yang dipilih itu harus dinyatakan
dalam suatu judul. Topik ialah pokok pembicaraan dalam keseluruahan karangan
yang akan digarap, sedangkan judul adalah nama, titel, atau semacam label untuk
suatu karangan. Pernyataan topik mungkin sama dengan judul, tetapi mungkin juga
tidak, misalnya dalan karya sastra. Namun, dalam karya ilmiah judul harus tepat
menunjukkan topiknya. Penentuan judul harus memenuhi beberapa persyaratan,
antara lain:
(1) judul harus
sesuai dengan topik atau isi karangan,
(2) judul sebaiknya dinyatakan dalam bentuk frasa,
bukan kalimat,
Contoh: Pengembangan Usaha Kecil dan
Menengah di Yogyakarta ( baik)
Usaha Kecil dan
Menengah di Yogyakarta Perlu Dikembangkan (tidak baik)
(3) judul diusahakan singkat,
(4) judul harus dinyatakan secara jelas.
5.2 Abstrak
Abstrak berisi
intisari menyeluruh tentang isi tulisan, mulai dari judul, tujuan, metode, dan
rumusan hasil/temuan. Abstrak ditulis dengan spasi tunggal. Untuk makalah,
abstrak cukup satu paragraf, sedangkan untuk laporan penelitian terdiri atas
tiga paragraf yang masing-masing memuat hal-hal di atas.
5.3
Kata Pengantar
Kata pengantar
berisi puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang secara langsung atau tidak langsung berperan dalam kegiatan
penulisan tersebut, dan permintaan kritik dari pembaca demi perbaikan.
5.4
Pendahuluan
Pendahuluan
berfungsi menyadarkan pembaca akan pentingnya topik yang dibahas sehingga
pembaca merasa perlu mengetahui topik itu lebih jauh dan pembahasannya. Oleh
karena itu, dalam pendahuluan perlu dikemukakan latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan, dan manfaat penelitian.
5.5
Kajian Pustaka dan Kerangka Teoretik
Pengertian kajian pustaka dan kerangka teoretik itu berbeda. Kajian
pustaka berisi pembahasan tentang kajian-kajian terdahulu yang relevan dengan
topik penelitian, sedangkan kerangka teoretik adalah seperangkat teori yang
dipakai sebagai landasan penelitian. Oleh karena itu, pemecahan masalah
penelitian harus berlandaskan pada teori dan kajian terhadap hasil-hasil
penelitian sebelumnya yang terkait dengan permasalahan yang dibahas. Dari
kajian itu didapatkan jawaban sementara atas permasalahan yang telah
dirumuskan. Jawaban sementara tersebut biasa disebut hipotesis.
5.6
Metode Penelitian
Setelah kajian teoretik dirumuskan, langkah selanjutnya adalah merumuskan
metode yang dipakai dalam penelitian. Metode penelitian tersebut meliputi apa
atau siapa yang diteliti, bagaimana memilih sampel dari populasinya, data apa
saja yang harus dikumpulkan dan dengan metode apa data itu dikumpulkan, teknik analisis data yang manakah yang
digunakan.
5.7 Pembahasan
Bagian ini
berisi analisis, pembahasan, dan pemaknaan data yang yang telah dikumpulkan.
Kelengkapan data yang diperoleh sangat mendukung kesahihan hasil analisis. Dan,
kecermatan analisis dan pemaknaan data sangat menentukan kualitas hasil kajian.
5.8 Simpulan
Simpulan
merupakan hasil yang diperoleh dari pembahasan masalah sesuai dengan tujuan
penelitian. Oleh karena itu, simpulan harus menjawab permasalahan dan harus
sesuai dengan tujuan.
6.
Teknik Penulisan Karya Ilmiah
Ketentuan-ketantuan yang harus
diperhatikan dalam penulisan karya ilmiah meliputi (1) penggunaan kertas, (2)
teknik pengetikan, (3) penomoran, (4) penulisan sumber rujukan atau referensi,
dan (5) penulisan daftar pustaka.
6.1 Penggunaan Kertas
Kertas yang dipakai adalah kertas HVS,
berwarna putih, berat 80 gram, dan berukuran kuato (21.5 x 28 cm). Naskah
ditulis pada satu sisi.
6.2 Teknik
Pengetikan
1) Penggunaan Huruf
Naskah karya ilmiah diketik dengan huruf
standar (Times New Roman 12) dan dengan pita atau tinta berwarna hitam.
2)
Jarak Spasi
Jarak antarbaris adalah satu setengah
spasi, kecuali abstrak, terusan nama bab, terusan nama judul tabel, terusan
nama judul grafik/gambar, dan kutipan langsung yang lebih dari empat baris
harus diketik dengan jarak satu spasi. Penulisan antarbaris pada setiap sumber
pustaka diketik dengan jarak satu spasi, sedangkan penulisan antarsumber dalam
daftar pustaka deketik dengan jarak dua spasi.
3) Batas Tepi Pengetikan
Batas tepi pengetikan adalah sebagai
berikut.
(1) Tepi atas : 4 cm
(2) Tepi bawah : 3 cm
(3) Tepi kiri : 4 cm
(4) Tepi kanan : 3 cm
4) Penulisan Judul, Bab, dan Subbab
Penulisan judul, bab, subbab,
dan anak subbab mengikuti ketentuan berikut ini.
(1) Judul dan bab ditulis dengan huruf
kapital semua, tidak diakhiri tanda baca apa pun, dan ditulis pada posisi
tengah. Nomor bab ditulis dengan angka romawi.
(2) Penulisan subjudul, subbab, dan anak
subbab menggunakaan huruf kapital pada setiap awal kata kecuali kata tugas; dan
dimulai dari batas tepi kiri dan tidak menggunakan garis bawah serta tidak
diakhiri tanda baca apa pun.
5) Penulisan Paragraf Baru
Penulisan paragraf baru dimulai setelah
ketukan kelima dari tepi kiri atau dengan sistem lurus, tetapi harus diberi
jarak spasi dua kali lipat.
6) Penulisan Nama
Penulisan nama pengarang, baik yang diacu
dalam tubuh karangan maupun yang dicantumkan pada daftar pustaka mengikuti
ketentuan berikut ini.
(1) Nama pengarang yang diacu dalam tubuh
tulisan hanya ditulis nama pokoknya. Misalnya, “Ahmad Sudargo”, yang ditulis
hanya “Sudargo”.
(2) Pada daftar pustaka, nama yang terdiri
atas dua penggal nama atau lebih ditulis nama pokok (belakang), kemudian tanda
koma dan diikuti nama depanya. Misalnya, “Ahmad Sudargo” penulisannya menjadi
“Sudargo, Ahmad”.
(3) Pengarang buku yang terdiri atas dua
orang ditulis secara lengkap.
(4) Pengarang buku yang lebih dari tiga orang
ditulis nama pengarang pertama dan diikuti singkatan “dkk.”
(5) Gelar kesarjanaan atau jabatan akademis
tidak dicantumkan.
7)
Penulisan Tabel dan Grafik
Penulisan
tabel dan grafik mengikuti ketentuan berikut.
(1) Penulisan tabel diupayakan jangan ganti
halaman.
(2) Nomor dan judul tabel ditempatkan
simetris di atas tabel.
(3) Nomor dan judul grafik ditempatkan
simetris di bawah grafik.
(4)
Penulisan
judul tabel dan grafik tidak diakhiri tanda baca apa pun.
(5) Penulisan nomor urut tabel menggunakan
angka Arab, sedangkan penulisan nomor urut grafik menggunakan angka Romawi.
6.3 Sistematika Penomoran
Sistematika penomoran mengikuti ketentuan
berikut.
(1)
Penomoran
bab, subbab, dan anak subbab dapat dilakukan dengan dua cara.
Cara Pertama
Sistem campuran, yakni
dimulai dari angka romawi besar (untuk bab), huruf kapital (untuk subbab),
angka arab (untuk anak subbab), huruf kecil (untuk anak-anak subbab), angka
arab diikuti satu kurung, dan seterusnya. Contoh:
BAB III
A.
B.
1.
2.
a.
b.
1)
2)
a)
b)
C. dst.
Cara kedua
Sistem angka penuh, yaitu dimulai dari
angka romawi besar (untuk bab), kemudian menggunakan angka arab semua, dan
seterusnya.
Contoh:
BAB III
3.1
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.2.1
3.2.2.2
3.2.2.3
3.3 dst.
(2) Penomoran halaman pada naskah utama
menggunakan angka arab.
(3) Penomoran halaman pelengkap, seperti
halaman judul, halaman pengantar, dan halaman daftar isi menggunakan angka
romawi kecil ( i, ii, iii, iv, v, vi, dst.) dan diletakkan pada bagian bawah
tengah.
(4) Penulisan daftar pustaka tidak
diperbolehkan menggunakan nomor.
(5) Penomoran bab, subbab dan seterusnya
dalam daftar isi dituliskan di tepi sebelah kanan sesuai dengan penulisan bab atausubbab yang
bersangkutan.
6.4
Penulisan Sumber/Referensi
Penulisan sumber atau referensi bacaan
yang dikutip dalam naskah karya ilmiah mengikuti ketentuan berikut.
(1) Sumber bacaan yang ditulis di antara
tanda kurung pada akhir kutipan terdiri atas nama pokok pengarang, tahun
penerbitan, dan nomor halaman. Tanda koma digunakan di antara nama pokok dan
tahun penerbitan, sedangkan tanda titik dua di antara tahun penerbitan dan
nomor halaman.
Contoh:
Surat adalah satu sarana untuk menyampaikan
pernyataan atau informasi secara tertulis dari pihak yang satu kepada pihak
yang lain (Bratawidjaja, 1995:5).
(2) Apabila nama pengarang sudah disebutkan
lebih dahulu, sumber yang ditulis di antara tanda kurung hanyalah tahun
penerbitan dan nomor halaman yang diacu.
Contoh:
Menurut Bratawidjaya (1995:5)
surat adalah
satu sarana untuk menyampaikan pernyataan atau informasi secara tertulis dari
pihak yang satu kepada pihak yang lain.
6.5 Penulisan
Daftar Pustaka
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam menyusun daftar pustaka:
(1)
daftar pustaka tidak diberi nomor urut,
(2)
daftar pustka disusun secara
alfabetis (menurut abjad),
(3)
gelar penulis tidak dicantumkan.
Daftar pustaka dapat berupa penulisan
buku, penulisan artikel, dan penulisan publikasi lain.
1) Buku
Penulisan buku dalam daftar pustaka disusun
mengikuti urutan: (1) nama pengarang, (2) tahun penerbitan, (3) judul buku, (4) tempat penerbitan, dan
(5) nama penerbit. Di antara satuan itu dipergunakan tanda “titik”, kecuali di
antara tempat penerbitan dan nama penerbit digunakan tanda “titik dua”. Judul
buku dicetak miring dan setiap awal kata ditulis dengan huruf kapital, kecuali
kata depan.
Contoh penulisan buku dengan seorang
pengarang
Keraf,
Gorys. 1993. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende: Nusa Indah.
Contoh penulisan buku dengan dua atau
tiga pengarang
Akhadiah,
Sabarti, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan. 1992. Pembinaan Kemampuan
Menulis Bahasa Indonesia.
Jakarta:
Erlangga.
Contoh penulisan buku lebih dari tiga
orang
Alwi,
Hasan dkk. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
2) Artikel
Penulisan artikel dalam daftar pustaka
menggunakan urutan (1) nama pengarang, (2) tahun penerbitan, (3) judul artikel,
(4) nama majalah, (5) volume atau halaman dimuatnya artikel, (6) tempat
penerbitan, dan (7) nama penerbit. Judul artikel ditulis di antara tanda “petik
dua”; nama majalah dicetak miring; di antara satuan digunakan tanda “titik”,
kecuali di antara nama editor dan nama majalah, di antara nama majalah dan
volume atau halaman digunakan tanda “koma”; di antara tempat penerbitan dan
nama penerbit digunakan tanda “titik dua”.
Contoh penulisan artikel
dalam majalah
Madya, Suwarsih. 1994.
“Penelitian Tindakan dalam Pendidikan”. dalam Diksi, No.4, Tahun II, halaman 67-82. Yogyakarta: FPBS IKIP Yogyakarta.
3)
Penerbitan Pemerintah, Lembaga-Lembaga Ilmiah, dan Organisasi Lainnya
Penulisan daftar pustaka untuk penerbitan
pemerintah, Lembaga-lembaga ilmiah, dan organisasi lainnya menggunakan urutan: (1) lembaga yang
bertanggung jawab atas penulisan dokumen, (2) tahun penerbitan, (3) judul
tulisan, (4) tempat penerbitan, dan (5) nama penerbit.
Contoh:
Depdikbud.
1975. Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa.
7. Ragam Bahasa Ilmiah
Bahasa Indonesia ragam ilmiah adalah
bahasa Indonesia yang digunakan oleh para cendekiawan untuk mengomonikasikan
ilmu pengetahuan.
Ragam
bahasa ilmiah tersebut memiliki sifat-sifat berikut.
(1) Ragam bahasa
ilmiah termasuk ragam bahasa baku.
Oleh karena itu, penulisan karangan ilmiah mengikuti kaidah-kaidah bahasa baku, yaitu dalam ragam tulis menggunakan ejaan yang baku (EYD), menggunakan kata-kata, struktur frasa, dan
kalimat yang baku
atau sudah dibakukan.
(2) Dalam
ragam bahasa ilmiah banyak digunakan kata-kata istilah. Kata-kata tersebut
digunakan dalam arti denotatif, bukan dalam arti konotatif.
(3) Dalam
ragam bahasa ilmiah digunakan kalimat yang efektif, yaitu kalimat yang secara
tepat dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis, dan dapat menimbulkan
gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang
dipikirkan oleh pembicara atau penulis.
(4) Ragam
bahasa ilmiah lebih berkomunikasi dengan pikiran daripada dengan perasaan;
bersifat tenang, jelas, hemat, dan tidak emosional.
(5)
Hubungan gramatik antara unsur-unsurnya, baik dalam kalimat maupun dalam
paragraf, dan hubungan antara paragraf satu dan paragraf yang lain bersifat
padu. Untuk menyatakan hubungan digunakan alat-alat penghubung, seperti
kata-kata penunjuk, kata-kata penghubung, pengulangan kata atau frasa,
penggantian, dll.
(6) Hubungan semantis antara
unsur-unsurnya bersifat logis. Penggunaan kalimat yang bermakna ganda atau ambiguous harus dihindari.
(7) Penggunaan kalimat pasif
lebih diutamakan karena dalam kalimat pasif peristiwa lebih dikemukakan
daripada pelaku perbuatan.
(8) Konsisten dalam segala hal, misalnya
dalam penggunaan istilah, singkatan, tanda-tanda, dan kata ganti diri.
0 komentar:
Posting Komentar