Sabtu, 09 Februari 2013

Tulisan Bahasa Indonesia 2
Nama          :         Santi Yani Purnama
Kelas           :         3EB23
NPM           :         21208133

Perbedaan antara “Karangan Ilmiah, Tulisan Ilmiah dan Karya Ilmiah”
A. Definisi sederhana
1.                  Tulisan
: Tulisan merupakan sebuah karya tulis yang dikembangkan berdasarkan pernyatan orang lain yang disusun oleh penyusun menjadi suatu bentuk tulisan.
2.                  Karangan
adalah hasil pemikiran, imajinasi, rekaan, fantasi dari pengarangnya secara langsung yang dituangkan dalam bentuk tulisan.
3.                  Karya tulisan dibagi menjadi
a.       Karya tulisan non fiksi (Karya tulisan yang ditulis berdasarkan hasil pengamatan atau kejadian sebenarnya sebagai suati fakta yang disebut sebagai TULISAN)
b.      Karya tulisan fiksi (Karya tulis yang ditulis berdasarkan hasil daya cipyanya sendiri dari suatu imajinasi yang biasa disebut KARANGAN).


KARANGAN (TULISAN) ILMIAH
B. Macam macam Tulisan (KARANGAN ILMIAH)
1.         Karya Tulisan Ilmu Pengetahuan Alam Kodrat (Natural Science)
            a. Ditulis berdasarkan fakta umum
            b. Dapat dibuktikan secara fisik, dapat didengar dan dapat dilihat
            c. Bersifat konkrit
2.         Karya Ilmiah ilmu pengetahuan social (Social Science)
            a. Tidak dapat dibuktikan secara fisik
            b. Bersifat abstrak
3.         Karya Ilmiah Ilmu Pengetahuan Humaniora
            a. Ditulis berdasarkan perasaan dan logika
            b. Tidak perlu adanya bukti empiris

C.        SIFAT KARANGAN
1.         Karangan Ilmiah
            a. Menyajikan fakta umum
            b. Ditulis menurut metodologi penulisan yang baku
            c. Menggunakan bahasa yang formal
2.         Karangan non ilmiah (popular)
            a. Menyajikan pengalaman pribadi, tidak didukung oleh fakta umum
            b. Gaya penulisannya tidak baku
            c. Menggunakan bahasa popular
3.         Karangan tidak ilmiah
Menyajikan fakta umum, namun datanya diperoleh tidak melalui prosedur ilmiah.

D.        Kategori KARANGAN (TULISAN) ILMIAH
1.         Karangan Asli
a. Ditulis berdasarkan bahasa ibu atau bahasa lain berdasarkan fakta yang telah teruji kebenarannya
b. Gagasan, pendapat, ide asli dari penulisnya didukung dengan literature
2.         Terjemahan atau ahli bahasa
            a. Terjemahan dari tulisan orang lain dalam bahasa lain
            b. Terjemahan persis apa adanya tanpa mengubah substansi
3.         Saduran
a. Seperti terjemahan, tetapi penyadur mengubah bagian bagian tertentu sesuai dengan pemahaman-pemahamannya sendiri

E.         Ciri-ciri Karangan (TULISAN) Ilmiah
1.         Menyajikan fakta obyektif secara sistematis
2.         Ditulis secara cermat, tepat dan benar
3.         Tidak cenderung mengajak pembaca untuk berpihak kepada penulisnya
4.         Tidak emosi atau menonjolkan perasaan
5.         Tidak memuat pandangan-pandangan tanpa pendukung
6.         Ditulis secara tulus, hanya berisi kebenaran empiris
7.         Menggunakan gaya bahasa yang formal, menghindari gaya bahasa yang lisan

F.         Bentuk-bentuk Tulisan Ilmiah
1.         BUKU (diterbitkan dan diedarkan untuk umum, dengan ISBN)
            a. Karangan asli
            b. Terjemahan
            c. Saduran
2.         HASIL PENELITIAN
            a. Makalah (Seminar, Journal)
            b. BUKU (diterbitkan dan diedarkan untuk umum, dengan ISBN)
            c. Skripsi (S1), Thesis (S2), Disertasi (S3)
3.         Makalah Hasil Pemikiran
            a. Disajikan dalam seminar, symposium dsb
            b. Disajikan dalam journal (Majalah Ilmiah)
            c. Tidak dipublikasikan (Tercatat di fakultas atau universitas)


# KARYA ILMIAH #
A .       Definisi
        Karya ilmiah adalah sebuah tulisan yang berisi suatu permasalahan yang diungkapkan dengan metode ilmiah (Soeparno, 1997:51); karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar (Arifin, 2003:1). Artinya, pengungkapan permasalahan dalam karya ilmiah itu harus berdasarkan fakta, bersifat objektif, tidak bersifat emosional dan personal, dan disusun secara sistematis dan logis. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia ragam baku dengan memperhatikan kaidah EYD dan Pembentukan Istilah.

2.         Sikap Ilmiah
Orang yang berjiwa ilmiah adalah orang yang memiliki tujuh macam sikap ilmiah. Ketujuah macam sikap ilmiah itu adalah
(1) sikap ingin tahu,
(2) sikap kritis,
(3) sikap terbuka,
(4) sikap objektif,
(5) sikap rela menghargai karya orang lain,
(6) sikap berani mempertahankan kebenaran, dan
(7) sikap menjangkau ke depan (Brotowidjoyo, 1985:33-34).

3.         Jenis Karya Ilmiah
Berdasarkan tingkat akademisnya, karya ilmiah dapat dibedakan atas lima macam, yaitu (1) makalah, (2) laporan penelitian, (3) skripsi, (4) tesis, dan (5) disertasi.  Makalah adalah karya tulis yang memerlukan studi, baik secara langsung maupun tidak langsung; dapat berupa kajian pustaka/buku, kajian suatu masalah, atau analisis fakta hasil observasi. Laporan penelitian merupakan sebuah tulisan yang dibuat setelah seseorang melakukan  penelitian, pengamatan, wawancara, pembacaan buku, percobaan, dan lain-lain. Adapun skripsi merupakan jenis karya ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa strata satu (S1) untuk memperoleh gelar sarjana; tesis ditulis oleh mahasiswa strata dua (S2) untuk memperoleh gelar magister; dan disertasi ditulis oleh mahasiswa strata tiga (S3) untuk memperoleh gelar doktor. Namun, untuk keperluan diklat ini, pembicaraan selanjutnya akan difokuskan pada penulisan laporan penelitian.

4.         Sistematika Laporan Penelitian
Komponen-komponen penting dalam  laporan penelitian dan muatan tiap-tiap bagian disusun dengan urutan sebagai berikut.
(1)    Bagian awal
(a)     Halaman sampul/judul
(b)    Halaman Pengesahan (Jika diperlukan)
(c)     Abstrak
(d)    Kata pengantar
(e)     Daftar isi
(f)      Daftar tabel (jika ada)
(g)     Daftar gambar (jika ada)
(2)    Bagian pokok/utama
(a) Pendahuluan (berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian)
(b)    Kajian pustaka, kerangka teoretik, dan pengajuan hipotesis (jika diperlukan)
(c) Metode penelitian
(d) Hasil penelitian, pengujian hipotesis, dan pembahasan
(c)     Penutup (berisi simpulan, dan saran)
(3)    Bagian akhir
(a) Daftar pustaka
(b)    Lampiran-lampiran (jika ada)

5.         Cara Penulisan Karya Ilmiah
5.1       Topik dan Judul
Kegiatan yang pertama kali dilakukan sebelum menulis adalah menentukan topik. Hal ini berarti bahwa harus ditentukan terlebih dahulu apa yang akan dibahas dalam tulisan. Dalam memilih topik perlu dipertimbangkan beberapa hal, yaitu:
(1) topik itu ada manfaatnya dan layak dibahas,
(2) topik itu cukup menarik terutama bagi penulis,
(3) topik itu dikenal dengan baik,
(4)    bahan yang diperlukan dapat diperoleh dan cukup memadai, dan
(5) topik itu tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit.
      Contoh: “Usaha kecil dan menengah”  (terlalu luas)
                     “Pengembangan usaha kecil dan menengah” (terbatas)

Setelah diperoleh topik, dalam pelaksanaannya topik yang dipilih itu harus dinyatakan dalam suatu judul. Topik ialah pokok pembicaraan dalam keseluruahan karangan yang akan digarap, sedangkan judul adalah nama, titel, atau semacam label untuk suatu karangan. Pernyataan topik mungkin sama dengan judul, tetapi mungkin juga tidak, misalnya dalan karya sastra. Namun, dalam karya ilmiah judul harus tepat menunjukkan topiknya. Penentuan judul harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain:
(1) judul harus sesuai dengan topik atau isi karangan,
(2) judul sebaiknya dinyatakan dalam bentuk frasa, bukan kalimat,
      Contoh: Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah di Yogyakarta ( baik)   
                    Usaha Kecil dan Menengah di Yogyakarta Perlu Dikembangkan (tidak baik)           
(3) judul diusahakan singkat,
(4) judul harus dinyatakan secara jelas.

5.2       Abstrak
Abstrak berisi intisari menyeluruh tentang isi tulisan, mulai dari judul, tujuan, metode, dan rumusan hasil/temuan. Abstrak ditulis dengan spasi tunggal. Untuk makalah, abstrak cukup satu paragraf, sedangkan untuk laporan penelitian terdiri atas tiga paragraf yang masing-masing memuat hal-hal di atas.

5.3 Kata Pengantar
Kata pengantar berisi puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang secara langsung atau tidak langsung berperan dalam kegiatan penulisan tersebut, dan permintaan kritik dari pembaca demi perbaikan.

5.4 Pendahuluan
Pendahuluan berfungsi menyadarkan pembaca akan pentingnya topik yang dibahas sehingga pembaca merasa perlu mengetahui topik itu lebih jauh dan pembahasannya. Oleh karena itu, dalam pendahuluan perlu dikemukakan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan,  dan manfaat penelitian.

5.5       Kajian Pustaka dan Kerangka Teoretik
Pengertian kajian pustaka dan kerangka teoretik itu berbeda. Kajian pustaka berisi pembahasan tentang kajian-kajian terdahulu yang relevan dengan topik penelitian, sedangkan kerangka teoretik adalah seperangkat teori yang dipakai sebagai landasan penelitian. Oleh karena itu, pemecahan masalah penelitian harus berlandaskan pada teori dan kajian terhadap hasil-hasil penelitian sebelumnya yang terkait dengan permasalahan yang dibahas. Dari kajian itu didapatkan jawaban sementara atas permasalahan yang telah dirumuskan. Jawaban sementara tersebut biasa disebut hipotesis.

5.6       Metode Penelitian
Setelah kajian teoretik dirumuskan, langkah selanjutnya adalah merumuskan metode yang dipakai dalam penelitian. Metode penelitian tersebut meliputi apa atau siapa yang diteliti, bagaimana memilih sampel dari populasinya, data apa saja yang harus dikumpulkan dan dengan metode apa data itu dikumpulkan, teknik  analisis data yang manakah yang digunakan. 

5.7       Pembahasan
Bagian ini berisi analisis, pembahasan, dan pemaknaan data yang yang telah dikumpulkan. Kelengkapan data yang diperoleh sangat mendukung kesahihan hasil analisis. Dan, kecermatan analisis dan pemaknaan data sangat menentukan kualitas hasil kajian.

5.8       Simpulan
Simpulan merupakan hasil yang diperoleh dari pembahasan masalah sesuai dengan tujuan penelitian. Oleh karena itu, simpulan harus menjawab permasalahan dan harus sesuai dengan tujuan.

6. Teknik Penulisan Karya Ilmiah
Ketentuan-ketantuan yang harus diperhatikan dalam penulisan karya ilmiah meliputi (1) penggunaan kertas, (2) teknik pengetikan, (3) penomoran, (4) penulisan sumber rujukan atau referensi, dan (5) penulisan daftar pustaka.

6.1 Penggunaan Kertas
Kertas yang dipakai adalah kertas HVS, berwarna putih, berat 80 gram, dan berukuran kuato (21.5 x 28 cm). Naskah ditulis pada satu sisi.

6.2       Teknik Pengetikan
1) Penggunaan Huruf
Naskah karya ilmiah diketik dengan huruf standar (Times New Roman 12) dan dengan pita atau tinta berwarna hitam.
2) Jarak Spasi
Jarak antarbaris adalah satu setengah spasi, kecuali abstrak, terusan nama bab, terusan nama judul tabel, terusan nama judul grafik/gambar, dan kutipan langsung yang lebih dari empat baris harus diketik dengan jarak satu spasi. Penulisan antarbaris pada setiap sumber pustaka diketik dengan jarak satu spasi, sedangkan penulisan antarsumber dalam daftar pustaka deketik dengan jarak dua spasi.
3) Batas Tepi Pengetikan
Batas tepi pengetikan adalah sebagai berikut.
(1) Tepi atas           : 4 cm
(2) Tepi bawah : 3 cm
(3) Tepi kiri           : 4 cm
(4) Tepi kanan       : 3 cm
4) Penulisan Judul, Bab, dan Subbab
Penulisan judul, bab, subbab, dan anak subbab mengikuti ketentuan berikut ini.
(1)    Judul dan bab ditulis dengan huruf kapital semua, tidak diakhiri tanda baca apa pun, dan ditulis pada posisi tengah. Nomor bab ditulis dengan angka romawi.
(2)    Penulisan subjudul, subbab, dan anak subbab menggunakaan huruf kapital pada setiap awal kata kecuali kata tugas; dan dimulai dari batas tepi kiri dan tidak menggunakan garis bawah serta tidak diakhiri tanda baca apa pun.
5) Penulisan Paragraf  Baru
Penulisan paragraf baru dimulai setelah ketukan kelima dari tepi kiri atau dengan sistem lurus, tetapi harus diberi jarak spasi dua kali lipat.
6) Penulisan Nama
Penulisan nama pengarang, baik yang diacu dalam tubuh karangan maupun yang dicantumkan pada daftar pustaka mengikuti ketentuan berikut ini.
(1)    Nama pengarang yang diacu dalam tubuh tulisan hanya ditulis nama pokoknya. Misalnya, “Ahmad Sudargo”, yang ditulis hanya “Sudargo”.
(2)    Pada daftar pustaka, nama yang terdiri atas dua penggal nama atau lebih ditulis nama pokok (belakang), kemudian tanda koma dan diikuti nama depanya. Misalnya, “Ahmad Sudargo” penulisannya menjadi “Sudargo, Ahmad”.
(3)    Pengarang buku yang terdiri atas dua orang ditulis secara lengkap.
(4)    Pengarang buku yang lebih dari tiga orang ditulis nama pengarang pertama dan diikuti singkatan “dkk.”
(5)    Gelar kesarjanaan atau jabatan akademis tidak dicantumkan.

7) Penulisan Tabel dan Grafik
Penulisan tabel dan grafik mengikuti ketentuan berikut.
(1)    Penulisan tabel diupayakan jangan ganti halaman.
(2)    Nomor dan judul tabel ditempatkan simetris di atas tabel.
(3)    Nomor dan judul grafik ditempatkan simetris di bawah grafik.
(4)    Penulisan judul tabel dan grafik tidak diakhiri tanda baca apa pun.
(5)    Penulisan nomor urut tabel menggunakan angka Arab, sedangkan penulisan nomor urut grafik menggunakan angka Romawi.

6.3 Sistematika Penomoran
Sistematika penomoran mengikuti ketentuan berikut.
(1)    Penomoran bab, subbab, dan anak subbab dapat dilakukan dengan dua cara.
Cara Pertama
Sistem campuran, yakni dimulai dari angka romawi besar (untuk bab), huruf kapital (untuk subbab), angka arab (untuk anak subbab), huruf kecil (untuk anak-anak subbab), angka arab diikuti satu kurung, dan seterusnya. Contoh:




BAB III
            A.
            B.
1.
2.
a.
b.
1)
2)
a)
b)
C. dst.

Cara kedua
Sistem angka penuh, yaitu dimulai dari angka romawi besar (untuk bab), kemudian menggunakan angka arab semua, dan seterusnya.
Contoh:

BAB III
3.1
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.2.1
3.2.2.2
3.2.2.3
3.3 dst.

(2)    Penomoran halaman pada naskah utama menggunakan angka arab.
(3)    Penomoran halaman pelengkap, seperti halaman judul, halaman pengantar, dan halaman daftar isi menggunakan angka romawi kecil ( i, ii, iii, iv, v, vi, dst.) dan diletakkan pada bagian bawah tengah.
(4)    Penulisan daftar pustaka tidak diperbolehkan menggunakan nomor.
(5)    Penomoran bab, subbab dan seterusnya dalam daftar isi dituliskan di tepi sebelah kanan  sesuai dengan penulisan bab atausubbab yang bersangkutan.

6.4 Penulisan Sumber/Referensi
Penulisan sumber atau referensi bacaan yang dikutip dalam naskah karya ilmiah mengikuti ketentuan berikut.
(1)    Sumber bacaan yang ditulis di antara tanda kurung pada akhir kutipan terdiri atas nama pokok pengarang, tahun penerbitan, dan nomor halaman. Tanda koma digunakan di antara nama pokok dan tahun penerbitan, sedangkan tanda titik dua di antara tahun penerbitan dan nomor halaman.

Contoh:
Surat adalah satu sarana untuk menyampaikan pernyataan atau informasi secara tertulis dari pihak yang satu kepada pihak yang lain (Bratawidjaja, 1995:5).
(2)    Apabila nama pengarang sudah disebutkan lebih dahulu, sumber yang ditulis di antara tanda kurung hanyalah tahun penerbitan dan nomor halaman yang diacu.
Contoh:
Menurut Bratawidjaya (1995:5) surat adalah satu sarana untuk menyampaikan pernyataan atau informasi secara tertulis dari pihak yang satu kepada pihak yang lain.

6.5       Penulisan Daftar Pustaka
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun daftar pustaka:
(1) daftar pustaka  tidak diberi nomor urut,
(2) daftar pustka disusun secara  alfabetis  (menurut abjad),
(3) gelar penulis tidak dicantumkan.
Daftar pustaka dapat berupa penulisan buku, penulisan artikel, dan penulisan publikasi lain.
1) Buku
Penulisan buku dalam daftar pustaka disusun mengikuti urutan: (1) nama pengarang, (2) tahun penerbitan,  (3) judul buku, (4) tempat penerbitan, dan (5) nama penerbit. Di antara satuan itu dipergunakan tanda “titik”, kecuali di antara tempat penerbitan dan nama penerbit digunakan tanda “titik dua”. Judul buku dicetak miring dan setiap awal kata ditulis dengan huruf kapital, kecuali kata depan.

Contoh penulisan buku dengan seorang pengarang
Keraf, Gorys. 1993. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende: Nusa Indah.

Contoh penulisan buku dengan dua atau tiga pengarang
Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan. 1992. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Contoh penulisan buku lebih dari tiga orang
Alwi, Hasan dkk. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

2) Artikel
Penulisan artikel dalam daftar pustaka menggunakan urutan (1) nama pengarang, (2) tahun penerbitan, (3) judul artikel, (4) nama majalah, (5) volume atau halaman dimuatnya artikel, (6) tempat penerbitan, dan (7) nama penerbit. Judul artikel ditulis di antara tanda “petik dua”; nama majalah dicetak miring; di antara satuan digunakan tanda “titik”, kecuali di antara nama editor dan nama majalah, di antara nama majalah dan volume atau halaman digunakan tanda “koma”; di antara tempat penerbitan dan nama penerbit digunakan tanda “titik dua”.

Contoh penulisan artikel dalam majalah
Madya, Suwarsih. 1994. “Penelitian Tindakan dalam Pendidikan”. dalam Diksi, No.4, Tahun II, halaman 67-82. Yogyakarta: FPBS IKIP Yogyakarta.

3) Penerbitan Pemerintah, Lembaga-Lembaga Ilmiah, dan Organisasi Lainnya
Penulisan daftar pustaka untuk penerbitan pemerintah, Lembaga-lembaga ilmiah, dan organisasi  lainnya menggunakan urutan: (1) lembaga yang bertanggung jawab atas penulisan dokumen, (2) tahun penerbitan, (3) judul tulisan, (4) tempat penerbitan, dan (5) nama penerbit.
Contoh:
Depdikbud. 1975. Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

7. Ragam Bahasa Ilmiah
Bahasa Indonesia ragam ilmiah adalah bahasa Indonesia yang digunakan oleh para cendekiawan untuk mengomonikasikan ilmu pengetahuan.
Ragam bahasa ilmiah tersebut memiliki sifat-sifat berikut.
(1) Ragam bahasa ilmiah termasuk ragam bahasa baku. Oleh karena itu, penulisan karangan ilmiah mengikuti kaidah-kaidah bahasa baku, yaitu dalam ragam tulis menggunakan ejaan yang baku (EYD), menggunakan kata-kata, struktur frasa, dan kalimat yang baku atau sudah dibakukan.
(2) Dalam ragam bahasa ilmiah banyak digunakan kata-kata istilah. Kata-kata tersebut digunakan dalam arti denotatif, bukan dalam arti konotatif.
(3) Dalam ragam bahasa ilmiah digunakan kalimat yang efektif, yaitu kalimat yang secara tepat dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis, dan dapat menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.
(4) Ragam bahasa ilmiah lebih berkomunikasi dengan pikiran daripada dengan perasaan; bersifat tenang, jelas, hemat, dan tidak emosional.
(5) Hubungan gramatik antara unsur-unsurnya, baik dalam kalimat maupun dalam paragraf, dan hubungan antara paragraf satu dan paragraf yang lain bersifat padu. Untuk menyatakan hubungan digunakan alat-alat penghubung, seperti kata-kata penunjuk, kata-kata penghubung, pengulangan kata atau frasa, penggantian, dll.
(6) Hubungan semantis antara unsur-unsurnya bersifat logis. Penggunaan kalimat yang bermakna ganda atau ambiguous harus dihindari.
(7) Penggunaan kalimat pasif lebih diutamakan karena dalam kalimat pasif peristiwa lebih dikemukakan daripada pelaku perbuatan.
(8) Konsisten dalam segala hal, misalnya dalam penggunaan istilah, singkatan, tanda-tanda, dan kata ganti diri.




Tulisan Bahasa Indonesia 2
Nama          :         Santi Yani Purnama
Kelas           :         3EB23
NPM           :         21208133

Perbedaan antara “Karangan Ilmiah, Tulisan Ilmiah dan Karya Ilmiah”
A. Definisi sederhana
1.                  Tulisan
: Tulisan merupakan sebuah karya tulis yang dikembangkan berdasarkan pernyatan orang lain yang disusun oleh penyusun menjadi suatu bentuk tulisan.
2.                  Karangan
adalah hasil pemikiran, imajinasi, rekaan, fantasi dari pengarangnya secara langsung yang dituangkan dalam bentuk tulisan.
3.                  Karya tulisan dibagi menjadi
a.       Karya tulisan non fiksi (Karya tulisan yang ditulis berdasarkan hasil pengamatan atau kejadian sebenarnya sebagai suati fakta yang disebut sebagai TULISAN)
b.      Karya tulisan fiksi (Karya tulis yang ditulis berdasarkan hasil daya cipyanya sendiri dari suatu imajinasi yang biasa disebut KARANGAN).


KARANGAN (TULISAN) ILMIAH
B. Macam macam Tulisan (KARANGAN ILMIAH)
1.         Karya Tulisan Ilmu Pengetahuan Alam Kodrat (Natural Science)
            a. Ditulis berdasarkan fakta umum
            b. Dapat dibuktikan secara fisik, dapat didengar dan dapat dilihat
            c. Bersifat konkrit
2.         Karya Ilmiah ilmu pengetahuan social (Social Science)
            a. Tidak dapat dibuktikan secara fisik
            b. Bersifat abstrak
3.         Karya Ilmiah Ilmu Pengetahuan Humaniora
            a. Ditulis berdasarkan perasaan dan logika
            b. Tidak perlu adanya bukti empiris

C.        SIFAT KARANGAN
1.         Karangan Ilmiah
            a. Menyajikan fakta umum
            b. Ditulis menurut metodologi penulisan yang baku
            c. Menggunakan bahasa yang formal
2.         Karangan non ilmiah (popular)
            a. Menyajikan pengalaman pribadi, tidak didukung oleh fakta umum
            b. Gaya penulisannya tidak baku
            c. Menggunakan bahasa popular
3.         Karangan tidak ilmiah
Menyajikan fakta umum, namun datanya diperoleh tidak melalui prosedur ilmiah.

D.        Kategori KARANGAN (TULISAN) ILMIAH
1.         Karangan Asli
a. Ditulis berdasarkan bahasa ibu atau bahasa lain berdasarkan fakta yang telah teruji kebenarannya
b. Gagasan, pendapat, ide asli dari penulisnya didukung dengan literature
2.         Terjemahan atau ahli bahasa
            a. Terjemahan dari tulisan orang lain dalam bahasa lain
            b. Terjemahan persis apa adanya tanpa mengubah substansi
3.         Saduran
a. Seperti terjemahan, tetapi penyadur mengubah bagian bagian tertentu sesuai dengan pemahaman-pemahamannya sendiri

E.         Ciri-ciri Karangan (TULISAN) Ilmiah
1.         Menyajikan fakta obyektif secara sistematis
2.         Ditulis secara cermat, tepat dan benar
3.         Tidak cenderung mengajak pembaca untuk berpihak kepada penulisnya
4.         Tidak emosi atau menonjolkan perasaan
5.         Tidak memuat pandangan-pandangan tanpa pendukung
6.         Ditulis secara tulus, hanya berisi kebenaran empiris
7.         Menggunakan gaya bahasa yang formal, menghindari gaya bahasa yang lisan

F.         Bentuk-bentuk Tulisan Ilmiah
1.         BUKU (diterbitkan dan diedarkan untuk umum, dengan ISBN)
            a. Karangan asli
            b. Terjemahan
            c. Saduran
2.         HASIL PENELITIAN
            a. Makalah (Seminar, Journal)
            b. BUKU (diterbitkan dan diedarkan untuk umum, dengan ISBN)
            c. Skripsi (S1), Thesis (S2), Disertasi (S3)
3.         Makalah Hasil Pemikiran
            a. Disajikan dalam seminar, symposium dsb
            b. Disajikan dalam journal (Majalah Ilmiah)
            c. Tidak dipublikasikan (Tercatat di fakultas atau universitas)


# KARYA ILMIAH #
A .       Definisi
        Karya ilmiah adalah sebuah tulisan yang berisi suatu permasalahan yang diungkapkan dengan metode ilmiah (Soeparno, 1997:51); karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar (Arifin, 2003:1). Artinya, pengungkapan permasalahan dalam karya ilmiah itu harus berdasarkan fakta, bersifat objektif, tidak bersifat emosional dan personal, dan disusun secara sistematis dan logis. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia ragam baku dengan memperhatikan kaidah EYD dan Pembentukan Istilah.

2.         Sikap Ilmiah
Orang yang berjiwa ilmiah adalah orang yang memiliki tujuh macam sikap ilmiah. Ketujuah macam sikap ilmiah itu adalah
(1) sikap ingin tahu,
(2) sikap kritis,
(3) sikap terbuka,
(4) sikap objektif,
(5) sikap rela menghargai karya orang lain,
(6) sikap berani mempertahankan kebenaran, dan
(7) sikap menjangkau ke depan (Brotowidjoyo, 1985:33-34).

3.         Jenis Karya Ilmiah
Berdasarkan tingkat akademisnya, karya ilmiah dapat dibedakan atas lima macam, yaitu (1) makalah, (2) laporan penelitian, (3) skripsi, (4) tesis, dan (5) disertasi.  Makalah adalah karya tulis yang memerlukan studi, baik secara langsung maupun tidak langsung; dapat berupa kajian pustaka/buku, kajian suatu masalah, atau analisis fakta hasil observasi. Laporan penelitian merupakan sebuah tulisan yang dibuat setelah seseorang melakukan  penelitian, pengamatan, wawancara, pembacaan buku, percobaan, dan lain-lain. Adapun skripsi merupakan jenis karya ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa strata satu (S1) untuk memperoleh gelar sarjana; tesis ditulis oleh mahasiswa strata dua (S2) untuk memperoleh gelar magister; dan disertasi ditulis oleh mahasiswa strata tiga (S3) untuk memperoleh gelar doktor. Namun, untuk keperluan diklat ini, pembicaraan selanjutnya akan difokuskan pada penulisan laporan penelitian.

4.         Sistematika Laporan Penelitian
Komponen-komponen penting dalam  laporan penelitian dan muatan tiap-tiap bagian disusun dengan urutan sebagai berikut.
(1)    Bagian awal
(a)     Halaman sampul/judul
(b)    Halaman Pengesahan (Jika diperlukan)
(c)     Abstrak
(d)    Kata pengantar
(e)     Daftar isi
(f)      Daftar tabel (jika ada)
(g)     Daftar gambar (jika ada)
(2)    Bagian pokok/utama
(a) Pendahuluan (berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian)
(b)    Kajian pustaka, kerangka teoretik, dan pengajuan hipotesis (jika diperlukan)
(c) Metode penelitian
(d) Hasil penelitian, pengujian hipotesis, dan pembahasan
(c)     Penutup (berisi simpulan, dan saran)
(3)    Bagian akhir
(a) Daftar pustaka
(b)    Lampiran-lampiran (jika ada)

5.         Cara Penulisan Karya Ilmiah
5.1       Topik dan Judul
Kegiatan yang pertama kali dilakukan sebelum menulis adalah menentukan topik. Hal ini berarti bahwa harus ditentukan terlebih dahulu apa yang akan dibahas dalam tulisan. Dalam memilih topik perlu dipertimbangkan beberapa hal, yaitu:
(1) topik itu ada manfaatnya dan layak dibahas,
(2) topik itu cukup menarik terutama bagi penulis,
(3) topik itu dikenal dengan baik,
(4)    bahan yang diperlukan dapat diperoleh dan cukup memadai, dan
(5) topik itu tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit.
      Contoh: “Usaha kecil dan menengah”  (terlalu luas)
                     “Pengembangan usaha kecil dan menengah” (terbatas)

Setelah diperoleh topik, dalam pelaksanaannya topik yang dipilih itu harus dinyatakan dalam suatu judul. Topik ialah pokok pembicaraan dalam keseluruahan karangan yang akan digarap, sedangkan judul adalah nama, titel, atau semacam label untuk suatu karangan. Pernyataan topik mungkin sama dengan judul, tetapi mungkin juga tidak, misalnya dalan karya sastra. Namun, dalam karya ilmiah judul harus tepat menunjukkan topiknya. Penentuan judul harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain:
(1) judul harus sesuai dengan topik atau isi karangan,
(2) judul sebaiknya dinyatakan dalam bentuk frasa, bukan kalimat,
      Contoh: Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah di Yogyakarta ( baik)   
                    Usaha Kecil dan Menengah di Yogyakarta Perlu Dikembangkan (tidak baik)           
(3) judul diusahakan singkat,
(4) judul harus dinyatakan secara jelas.

5.2       Abstrak
Abstrak berisi intisari menyeluruh tentang isi tulisan, mulai dari judul, tujuan, metode, dan rumusan hasil/temuan. Abstrak ditulis dengan spasi tunggal. Untuk makalah, abstrak cukup satu paragraf, sedangkan untuk laporan penelitian terdiri atas tiga paragraf yang masing-masing memuat hal-hal di atas.

5.3 Kata Pengantar
Kata pengantar berisi puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang secara langsung atau tidak langsung berperan dalam kegiatan penulisan tersebut, dan permintaan kritik dari pembaca demi perbaikan.

5.4 Pendahuluan
Pendahuluan berfungsi menyadarkan pembaca akan pentingnya topik yang dibahas sehingga pembaca merasa perlu mengetahui topik itu lebih jauh dan pembahasannya. Oleh karena itu, dalam pendahuluan perlu dikemukakan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan,  dan manfaat penelitian.

5.5       Kajian Pustaka dan Kerangka Teoretik
Pengertian kajian pustaka dan kerangka teoretik itu berbeda. Kajian pustaka berisi pembahasan tentang kajian-kajian terdahulu yang relevan dengan topik penelitian, sedangkan kerangka teoretik adalah seperangkat teori yang dipakai sebagai landasan penelitian. Oleh karena itu, pemecahan masalah penelitian harus berlandaskan pada teori dan kajian terhadap hasil-hasil penelitian sebelumnya yang terkait dengan permasalahan yang dibahas. Dari kajian itu didapatkan jawaban sementara atas permasalahan yang telah dirumuskan. Jawaban sementara tersebut biasa disebut hipotesis.

5.6       Metode Penelitian
Setelah kajian teoretik dirumuskan, langkah selanjutnya adalah merumuskan metode yang dipakai dalam penelitian. Metode penelitian tersebut meliputi apa atau siapa yang diteliti, bagaimana memilih sampel dari populasinya, data apa saja yang harus dikumpulkan dan dengan metode apa data itu dikumpulkan, teknik  analisis data yang manakah yang digunakan. 

5.7       Pembahasan
Bagian ini berisi analisis, pembahasan, dan pemaknaan data yang yang telah dikumpulkan. Kelengkapan data yang diperoleh sangat mendukung kesahihan hasil analisis. Dan, kecermatan analisis dan pemaknaan data sangat menentukan kualitas hasil kajian.

5.8       Simpulan
Simpulan merupakan hasil yang diperoleh dari pembahasan masalah sesuai dengan tujuan penelitian. Oleh karena itu, simpulan harus menjawab permasalahan dan harus sesuai dengan tujuan.

6. Teknik Penulisan Karya Ilmiah
Ketentuan-ketantuan yang harus diperhatikan dalam penulisan karya ilmiah meliputi (1) penggunaan kertas, (2) teknik pengetikan, (3) penomoran, (4) penulisan sumber rujukan atau referensi, dan (5) penulisan daftar pustaka.

6.1 Penggunaan Kertas
Kertas yang dipakai adalah kertas HVS, berwarna putih, berat 80 gram, dan berukuran kuato (21.5 x 28 cm). Naskah ditulis pada satu sisi.

6.2       Teknik Pengetikan
1) Penggunaan Huruf
Naskah karya ilmiah diketik dengan huruf standar (Times New Roman 12) dan dengan pita atau tinta berwarna hitam.
2) Jarak Spasi
Jarak antarbaris adalah satu setengah spasi, kecuali abstrak, terusan nama bab, terusan nama judul tabel, terusan nama judul grafik/gambar, dan kutipan langsung yang lebih dari empat baris harus diketik dengan jarak satu spasi. Penulisan antarbaris pada setiap sumber pustaka diketik dengan jarak satu spasi, sedangkan penulisan antarsumber dalam daftar pustaka deketik dengan jarak dua spasi.
3) Batas Tepi Pengetikan
Batas tepi pengetikan adalah sebagai berikut.
(1) Tepi atas           : 4 cm
(2) Tepi bawah : 3 cm
(3) Tepi kiri           : 4 cm
(4) Tepi kanan       : 3 cm
4) Penulisan Judul, Bab, dan Subbab
Penulisan judul, bab, subbab, dan anak subbab mengikuti ketentuan berikut ini.
(1)    Judul dan bab ditulis dengan huruf kapital semua, tidak diakhiri tanda baca apa pun, dan ditulis pada posisi tengah. Nomor bab ditulis dengan angka romawi.
(2)    Penulisan subjudul, subbab, dan anak subbab menggunakaan huruf kapital pada setiap awal kata kecuali kata tugas; dan dimulai dari batas tepi kiri dan tidak menggunakan garis bawah serta tidak diakhiri tanda baca apa pun.
5) Penulisan Paragraf  Baru
Penulisan paragraf baru dimulai setelah ketukan kelima dari tepi kiri atau dengan sistem lurus, tetapi harus diberi jarak spasi dua kali lipat.
6) Penulisan Nama
Penulisan nama pengarang, baik yang diacu dalam tubuh karangan maupun yang dicantumkan pada daftar pustaka mengikuti ketentuan berikut ini.
(1)    Nama pengarang yang diacu dalam tubuh tulisan hanya ditulis nama pokoknya. Misalnya, “Ahmad Sudargo”, yang ditulis hanya “Sudargo”.
(2)    Pada daftar pustaka, nama yang terdiri atas dua penggal nama atau lebih ditulis nama pokok (belakang), kemudian tanda koma dan diikuti nama depanya. Misalnya, “Ahmad Sudargo” penulisannya menjadi “Sudargo, Ahmad”.
(3)    Pengarang buku yang terdiri atas dua orang ditulis secara lengkap.
(4)    Pengarang buku yang lebih dari tiga orang ditulis nama pengarang pertama dan diikuti singkatan “dkk.”
(5)    Gelar kesarjanaan atau jabatan akademis tidak dicantumkan.

7) Penulisan Tabel dan Grafik
Penulisan tabel dan grafik mengikuti ketentuan berikut.
(1)    Penulisan tabel diupayakan jangan ganti halaman.
(2)    Nomor dan judul tabel ditempatkan simetris di atas tabel.
(3)    Nomor dan judul grafik ditempatkan simetris di bawah grafik.
(4)    Penulisan judul tabel dan grafik tidak diakhiri tanda baca apa pun.
(5)    Penulisan nomor urut tabel menggunakan angka Arab, sedangkan penulisan nomor urut grafik menggunakan angka Romawi.

6.3 Sistematika Penomoran
Sistematika penomoran mengikuti ketentuan berikut.
(1)    Penomoran bab, subbab, dan anak subbab dapat dilakukan dengan dua cara.
Cara Pertama
Sistem campuran, yakni dimulai dari angka romawi besar (untuk bab), huruf kapital (untuk subbab), angka arab (untuk anak subbab), huruf kecil (untuk anak-anak subbab), angka arab diikuti satu kurung, dan seterusnya. Contoh:




BAB III
            A.
            B.
1.
2.
a.
b.
1)
2)
a)
b)
C. dst.

Cara kedua
Sistem angka penuh, yaitu dimulai dari angka romawi besar (untuk bab), kemudian menggunakan angka arab semua, dan seterusnya.
Contoh:

BAB III
3.1
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.2.1
3.2.2.2
3.2.2.3
3.3 dst.

(2)    Penomoran halaman pada naskah utama menggunakan angka arab.
(3)    Penomoran halaman pelengkap, seperti halaman judul, halaman pengantar, dan halaman daftar isi menggunakan angka romawi kecil ( i, ii, iii, iv, v, vi, dst.) dan diletakkan pada bagian bawah tengah.
(4)    Penulisan daftar pustaka tidak diperbolehkan menggunakan nomor.
(5)    Penomoran bab, subbab dan seterusnya dalam daftar isi dituliskan di tepi sebelah kanan  sesuai dengan penulisan bab atausubbab yang bersangkutan.

6.4 Penulisan Sumber/Referensi
Penulisan sumber atau referensi bacaan yang dikutip dalam naskah karya ilmiah mengikuti ketentuan berikut.
(1)    Sumber bacaan yang ditulis di antara tanda kurung pada akhir kutipan terdiri atas nama pokok pengarang, tahun penerbitan, dan nomor halaman. Tanda koma digunakan di antara nama pokok dan tahun penerbitan, sedangkan tanda titik dua di antara tahun penerbitan dan nomor halaman.

Contoh:
Surat adalah satu sarana untuk menyampaikan pernyataan atau informasi secara tertulis dari pihak yang satu kepada pihak yang lain (Bratawidjaja, 1995:5).
(2)    Apabila nama pengarang sudah disebutkan lebih dahulu, sumber yang ditulis di antara tanda kurung hanyalah tahun penerbitan dan nomor halaman yang diacu.
Contoh:
Menurut Bratawidjaya (1995:5) surat adalah satu sarana untuk menyampaikan pernyataan atau informasi secara tertulis dari pihak yang satu kepada pihak yang lain.

6.5       Penulisan Daftar Pustaka
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun daftar pustaka:
(1) daftar pustaka  tidak diberi nomor urut,
(2) daftar pustka disusun secara  alfabetis  (menurut abjad),
(3) gelar penulis tidak dicantumkan.
Daftar pustaka dapat berupa penulisan buku, penulisan artikel, dan penulisan publikasi lain.
1) Buku
Penulisan buku dalam daftar pustaka disusun mengikuti urutan: (1) nama pengarang, (2) tahun penerbitan,  (3) judul buku, (4) tempat penerbitan, dan (5) nama penerbit. Di antara satuan itu dipergunakan tanda “titik”, kecuali di antara tempat penerbitan dan nama penerbit digunakan tanda “titik dua”. Judul buku dicetak miring dan setiap awal kata ditulis dengan huruf kapital, kecuali kata depan.

Contoh penulisan buku dengan seorang pengarang
Keraf, Gorys. 1993. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende: Nusa Indah.

Contoh penulisan buku dengan dua atau tiga pengarang
Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan. 1992. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Contoh penulisan buku lebih dari tiga orang
Alwi, Hasan dkk. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

2) Artikel
Penulisan artikel dalam daftar pustaka menggunakan urutan (1) nama pengarang, (2) tahun penerbitan, (3) judul artikel, (4) nama majalah, (5) volume atau halaman dimuatnya artikel, (6) tempat penerbitan, dan (7) nama penerbit. Judul artikel ditulis di antara tanda “petik dua”; nama majalah dicetak miring; di antara satuan digunakan tanda “titik”, kecuali di antara nama editor dan nama majalah, di antara nama majalah dan volume atau halaman digunakan tanda “koma”; di antara tempat penerbitan dan nama penerbit digunakan tanda “titik dua”.

Contoh penulisan artikel dalam majalah
Madya, Suwarsih. 1994. “Penelitian Tindakan dalam Pendidikan”. dalam Diksi, No.4, Tahun II, halaman 67-82. Yogyakarta: FPBS IKIP Yogyakarta.

3) Penerbitan Pemerintah, Lembaga-Lembaga Ilmiah, dan Organisasi Lainnya
Penulisan daftar pustaka untuk penerbitan pemerintah, Lembaga-lembaga ilmiah, dan organisasi  lainnya menggunakan urutan: (1) lembaga yang bertanggung jawab atas penulisan dokumen, (2) tahun penerbitan, (3) judul tulisan, (4) tempat penerbitan, dan (5) nama penerbit.
Contoh:
Depdikbud. 1975. Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

7. Ragam Bahasa Ilmiah
Bahasa Indonesia ragam ilmiah adalah bahasa Indonesia yang digunakan oleh para cendekiawan untuk mengomonikasikan ilmu pengetahuan.
Ragam bahasa ilmiah tersebut memiliki sifat-sifat berikut.
(1) Ragam bahasa ilmiah termasuk ragam bahasa baku. Oleh karena itu, penulisan karangan ilmiah mengikuti kaidah-kaidah bahasa baku, yaitu dalam ragam tulis menggunakan ejaan yang baku (EYD), menggunakan kata-kata, struktur frasa, dan kalimat yang baku atau sudah dibakukan.
(2) Dalam ragam bahasa ilmiah banyak digunakan kata-kata istilah. Kata-kata tersebut digunakan dalam arti denotatif, bukan dalam arti konotatif.
(3) Dalam ragam bahasa ilmiah digunakan kalimat yang efektif, yaitu kalimat yang secara tepat dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis, dan dapat menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.
(4) Ragam bahasa ilmiah lebih berkomunikasi dengan pikiran daripada dengan perasaan; bersifat tenang, jelas, hemat, dan tidak emosional.
(5) Hubungan gramatik antara unsur-unsurnya, baik dalam kalimat maupun dalam paragraf, dan hubungan antara paragraf satu dan paragraf yang lain bersifat padu. Untuk menyatakan hubungan digunakan alat-alat penghubung, seperti kata-kata penunjuk, kata-kata penghubung, pengulangan kata atau frasa, penggantian, dll.
(6) Hubungan semantis antara unsur-unsurnya bersifat logis. Penggunaan kalimat yang bermakna ganda atau ambiguous harus dihindari.
(7) Penggunaan kalimat pasif lebih diutamakan karena dalam kalimat pasif peristiwa lebih dikemukakan daripada pelaku perbuatan.
(8) Konsisten dalam segala hal, misalnya dalam penggunaan istilah, singkatan, tanda-tanda, dan kata ganti diri.





0 komentar:

Posting Komentar

My photo's...