TUGAS BAHASA INDONESIA
NAMA : Santi Yani Purnama
KELAS : 3EB23
NPM : 21208133
“PENALARAN DEDUKTIF”
A. Latar belakang
Penalaran
deduktif dikembangkan oleh Aristoteles, Thales, Pythagoras, dan para filsuf
Yunani lainnya dari Periode Klasik (600-300 SM.). Aristoteles, misalnya,
menceritakan bagaimana Thales menggunakan kecakapannya untuk mendeduksikan
bahwa musim panen zaitun pada musim berikutnya akan sangat berlimpah. Karena
itu ia membeli semua alat penggiling zaitun dan memperoleh keuntungan besar ketika
panen zaitun yang melimpah itu benar-benar terjadi.
Penalaran
deduktif tergantung pada premisnya. Artinya, premis yang salah mungkin akan
membawa kita kepada hasil yang salah, dan premis yang tidak tepat juga akan
menghasilkan kesimpulan yang tidak tepat.
Alternatif
dari penalaran deduktif adalah penalaran induktif. Perbedaan dasar di antara
keduanya dapat disimpulkan dari dinamika deduktif tengan progresi secara logis
dari bukti-bukti umum kepada kebenaran atau kesimpulan yang khusus; sementara
dengan induksi, dinamika logisnya justru sebaliknya. Penalaran induktif dimulai
dengan pengamatan khusus yang diyakini sebagai model yang menunjukkan suatu
kebenaran atau prinsip yang dianggap dapat berlaku secara umum.
Penalaran
deduktif memberlakukan prinsip-prinsip umum untuk mencapai
kesimpulan-kesimpulan yang spesifik, sementara penalaran induktif menguji
informasi yang spesifik, yang mungkin berupa banyak potongan informasi yang
spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan umu. Dengan memikirakan fenomena bagaimana
apel jatuh dan bagaimana planet-planet bergerak, Isaac Newton menyimpulkan
teori daya tarik. Pada abad ke-19, Adams dan LeVerrier menerapkan teori Newton
(prinsip umum) untuk mendeduksikan keberadaan, massa, posisi, dan orbit
Neptunus (kesimpulan-kesimpulan khusus) tentang gangguan (perturbasi) dalam
orbit Uranus yang diamati (data spesifik).
B. Pengertian
Penalaran
deduktif adalah sebuah jalan pemikiran yang menggunakan argumen-argumen
deduktif untuk beralih dari premis-premis yang ada, yang dianggap benar, kepada
kesimpulan-kesimpulan, yang mestinya benar apabila premis-premisnya benar.
Contoh
klasik dari penalaran deduktif, yang diberikan oleh Aristoteles, ialah
Semua
manusia fana (pasti akan mati). (premis mayor)
Sokrates
adalah manusia. (premis minor)
Sokrates
pasti (akan) mati. (kesimpulan)
Untuk
pembahasan deduktif secara terinci seperti yang dipahami dalam filsafat, lihat
Logika. Untuk pembahasan teknis tentang deduksi seperti yang dipahami dalam
matematika, lihat logika matematika.
Penalaran
deduktif seringkali dikontraskan dengan penalaran induktif, yang menggunakan
sejumlah besar contoh partikulir lalu mengambil kesimpulan umum.
J Logika
deduktif
Penalaran
deduktif didukung oleh logika deduktif.
Misalnya:
Apel
adalah buah.
Semua
buah tumbuh di pohon.
Karena
itu semua apel tumbuh di pohon.
Atau
Apel
adalah buah.
Sebagian
apel berwarna merah.
Karena
itu sebagian buah berwarna merah.
Keterangan
: Premis yang pertama mungkin keliru, namun siapapun yang menerima premis ini
dipaksa untuk menerima kesimpulannya.
J Deduksi
alamiah
Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Deduksi alamiah
Penalaran
deduktif harus dibedakan dari konsep yang terkait yaitu deduksi alamiah, sebuah
pendekatan kepada teori pembuktian bahwa upaya-upaya untuk memberikan sebuah
model penalaran logis yang formal sebagaimana ia terjadi "secara
alamiah".
JRujukan
budaya
Sherlock
Holmes, detektif fiktif yang diciptakan oleh Sir Arthur Conan Doyle, terkenal
karena rujukannya kepada penalaran deduktif dalam berbagai cerita Doyle. Namun
kesimpulan- kesimpulannya yang paling terkenal jelas sekali adalah kasus-kasus
abduksi.
0 komentar:
Posting Komentar